Mamisi, 12 September 2025 – Empat hari kebersamaan antara Jemaat GKI Pniel Mniber – Klasis Supiori Utara dan Jemaat GKI Ora Et Labora Mamisi – Klasis Windesi telah meninggalkan kesan yang begitu dalam. Sejak 9 hingga 12 September 2025, rombongan wisata rohani dari Pniel Mniber menjalani perjalanan iman yang dipenuhi dengan sukacita, kebersamaan, dan perenungan akan kasih Allah yang terus nyata bagi umat-Nya di Tanah Papua.
Pada Selasa, 09 September 2025, rombongan memulai kegiatan dengan berbagi pelayanan. Dalam suasana hangat, kaum Bapak (PKB) dari kedua jemaat berdiskusi tentang peranan penting mereka di tengah dinamika kehidupan masyarakat. Obrolan itu mengingatkan bahwa peran Bapak bukan hanya sebagai kepala keluarga, tetapi juga teladan iman, penggerak pelayanan, dan penopang kehidupan sosial. Kunjungan pelayanan yang dilakukan PKB bertepatan dengan Bulan Bina Keluarga, sehingga makin terasa indah karena menjadi kesempatan untuk mempererat kekeluargaan, membangun keakraban, dan saling menguatkan dalam pergumulan kehidupan. Di sisi lain, para Ibu (PW) mengikuti pelatihan pembuatan piring lidi yang sederhana namun penuh makna, karena selain memberi keterampilan praktis, juga membuka peluang untuk menopang kesejahteraan keluarga. Kaum muda (PAM) mendapat pelatihan musik dari akustik tradisional hingga keyboard, sebuah bekal yang memperkaya pelayanan liturgi dan menyalurkan talenta mereka. Sementara itu, guru-guru sekolah minggu saling berbagi pengalaman dalam mendampingi anak-anak, meneguhkan kembali pentingnya pendidikan iman sejak usia dini.
Hari berikutnya, Rabu, 10 September 2025, kebersamaan dilanjutkan dengan kerja bakti pemasangan pagar beton gereja. Seluruh anggota PKB dan PAM bahu-membahu mengerjakan pekerjaan ini. Suasana penuh canda, peluh, dan semangat gotong royong mewarnai hari itu. Pagar yang terpasang bukan hanya memperindah dan melindungi rumah ibadah, tetapi juga menjadi simbol nyata kebersamaan: ketika semua tangan bekerja, hati pun semakin terikat dalam rasa memiliki terhadap gereja.
Pada Kamis, 11 September 2025, rombongan bergerak ke kebun jemaat untuk menanam pohon. Setiap pohon yang ditanam menjadi tanda syukur sekaligus harapan. Pohon itu kelak akan tumbuh, berakar, dan berbuah, sama seperti iman jemaat yang diharapkan semakin kokoh dan memberi kehidupan. Penanaman pohon ini menjadi pengingat bahwa menjaga ciptaan Tuhan adalah bagian dari panggilan iman, agar generasi mendatang tetap bisa menikmati alam yang indah dan subur.
Puncak perjalanan rohani ini berlangsung pada Jumat, 12 September 2025, ketika rombongan diajak menyusuri jejak sejarah pekabaran Injil. Di Kamadiri – Windesi, mereka diperkenalkan dengan karya pelayanan Jan Adrian Van Balen yang datang pada tahun 1889. Melalui penuturan Bapak J. Ruhukail, peserta seakan dibawa kembali ke masa awal zending, mengenang pergumulan, ketekunan, dan dedikasi yang menjadikan Windesi pusat pendidikan pertama.
Perjalanan dilanjutkan ke Kamiturai – Karuan, tempat Gr. Pieter Lewakabessy melayani pada tahun 1909. Dari titik inilah Injil terus bergerak ke Teluk Bintuni, meninggalkan jejak yang penuh pengorbanan. Gri. Chris Mambor menuturkan kisah itu dengan penuh semangat, membuat para peserta terharu sekaligus kagum akan iman yang teguh dari para utusan zending dan guru Injil.
Sepanjang perjalanan pulang menyusuri pantai, suasana hening penuh syukur terasa. Peserta merenungkan betapa besar kasih Tuhan bagi Papua. Dahulu hidup dalam kegelapan, kini berjalan dalam terang Kristus. Ada rasa haru, kagum, dan sukacita yang lahir dari pengalaman ini, sebuah kesadaran bahwa pelayanan hari ini berdiri di atas dasar iman dan pengorbanan yang ditabur oleh para pendahulu.
Akhirnya, empat hari di Mamisi bukan sekadar serangkaian kegiatan, melainkan perjalanan rohani yang meneguhkan iman, mempererat persaudaraan, serta mengingatkan kembali bahwa kasih Allah terus bekerja di tengah umat-Nya.
Tambahkan Komentar Baru