Karuan (01 Juli 2025) – Suasana hangat dan reflektif mewarnai panel diskusi bertajuk “The Direction of PAR GKI Windesi: Yesterday, Today & Tomorrow” yang digelar oleh Badan Pekerja Klasis Windesi. Kegiatan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari momentum perayaan HDS PAR GKI Di Tanah Papua pada tanggal 02 Juli 2025 dan menjadi ruang dialog terbuka bagi Guru Sekolah Minggu (GSM) dan Anak Sekolah Minggu (ASM) dari berbagai jemaat untuk menelaah arah pelayanan PAR (Persekutuan Anak & Remaja) khususnya di lingkup pelayanan Klasis Windesi dalam arus dinamika zaman.
Kegiatan panel diskusi tersebut diawali dengan ibadah pembukaan yang dipimpin oleh calon pelayan Firman Jhon Asso S.Si.Teol dan dibuka secara resmi oleh Ketua Klasis Windesi. Pdt Wayar dalam sambutanya menyampaikan "hari ini kita bersyukur bukan hanya karena sebuah perayaan, tapi karena harapan besar yang kita lihat dalam diri anak-anak dan remaja kita. Kehadiran mereka, semangat mereka, adalah cermin masa depan gereja yang tetap hidup dan berpengharapan". Lebih lanjut Kegiatan panel diskusi yang diadakan hari ini adalah bentuk langkah baru dan kreatif dari Badan Pekerja Klasis. Melalui forum ini, kita membuka ruang bersama bagi anak-anak, remaja, dan guru-guru sekolah minggu untuk menelaah perjalanan pelayanan PAR—dulu, kini, dan ke depan. Ini bukan sekadar diskusi, tetapi proses bersama untuk meneguhkan arah pelayanan anak dan remaja.
Dipandu oleh moderator calon pelayan Firman Jhon Asso, S.Si.Teol, diskusi menghadirkan pemantik utama: Pdt. Maria Wayar,S.Si.Teol sebagai Ketua Klasis Windesi dan Pdt.Agustus.R.B.Torey sebagai sekretaris klasis, serta tanggapan mendalam dari Pnt. Irik.D. Karubui sebagai Wakil Sekretaris Klasis. Selain tiga pemantik dari Badan Pekerja Klasis, panel diskusi juga mendapat tanggapan hangat dan inovatif dari para calon pelayan firman serta para guru sekolah minggu yang turut hadir bersama-sama. Tema besar diskusi menggugah kesadaran semua pihak: bagaimana generasi (anak-anak sekolah minggu) menghadapi tantangan global seperti degradasi moral, krisis spiritualitas, dan derasnya arus media sosial?
Sebagai pemantik I, Pdt.A.Torey menyoroti realitas ketidakmampuan anak-anak dan remaja dalam bersaing, terutama dalam konteks pendidikan, sebagai gejala dari persoalan yang lebih mendalam: lemahnya pendampingan iman dan krisis nilai dalam kehidupan berjemaat. Panel diskusi mendorong pencarian solusi melalui pertanyaan reflektif tentang akar persoalan, misi pelayanan PAR, dan relevansi aturan gereja dalam praktik pelayanan. Pdt. Torey menggarisbawahi bahwa miras, narkoba, dan krisis spiritualitas adalah realitas tantangan masa kini yang menghambat pertumbuhan anak-anak. Merujuk Lukas 18:16b, beliau menekankan bahwa gereja harus kembali ke panggilannya—memberi perhatian serius pada anak-anak sebagai bagian dari Kerajaan Allah.
Selain itu dalam pemaparannya, Pemantik II, Pdt. M. Wayar menyoroti "bagaimana sekolah minggu merupakan institusi formal dalam gereja yang pelayanannya berlangsung konsisten dan menjadi sarana utama penanaman nilai-nilai iman," jelasnya. Namun kini, tantangan besar datang dari luar: pengaruh lingkungan, narkoba, miras, dan media sosial yang kerap menggerus semangat bersekutu anak-anak.
Para peserta diskusi, terutama para GSM, menyampaikan keprihatinan mereka akan lemahnya koordinasi organisasi PAR di tingkat jemaat dan klasis. GSM Julian Lakojana dan Saul Parerawai menggambarkan situasi persoalan dan perlunya sinergitas dalam relasi pelayanan. Tanggapan dari panelis menekankan perlunya pembenahan tingkat koordinasi dalam struktur organisasi, pelatihan kreatif bagi GSM, serta pemetaan usia anak-anak dan remaja agar perpindahan ke unsur pelayanan yang lebih tinggi dapat berjalan baik.
Beberapa rokemendasi yang dihasilkan dari Panel Diskusi menekankan pentingnya peran orang tua dalam membangun spiritualitas anak. "Orang tua adalah guru pertama di rumah. Persekutuan dimulai dari keluarga," tegas GSM Magdalena Ruhukail. Rekomendasi konkret seperti pelatihan dasar GSM, penyusunan atau persiapan mengajar, dan pelaksanaan Bulan Bina Keluarga menjadi catatan penting dari hasil diskusi. Selain itu para calon pelayan Firman juga memberikan respon inovatif dalam pengembangan pelayanan lebih lanjut yaitu beberapa usulan pembinaan di tingkat jemaat tentang spiritualitas bermedia sosial, pembinaan etika, tetapi juga untuk peran orang tua dalam memberikan pendampingan terhadap anak sekolah minggu.
Menutup diskusi, panelis mengajak para GSM dan ASM untuk tetap setia melayani dan menjaga kekudusan hidup. “Remaja jangan cepat-cepat menikah. Selesaikan sekolah, bangun karakter, dan jaga tubuhmu sebagai bait Allah” pesan Pdt. Wayar.
Catatan kritis dan harapan ke depan bahwa panel diskusi ini menjadi tonggak penting bagi PAR Klasis Windesi untuk melakukan evaluasi menyeluruh atas pelayanan kepada anak dan remaja. Ke depan, langkah nyata sangat dinanti: sinergi antar unsur, pembinaan berkelanjutan, serta gerakan revitalisasi Sekolah Minggu yang kontekstual dan menyenangkan. (Paul Kapisa)
Komentar
Apresiasi atas terobosan yang dilakukan oleh BP Klasis Windesi, sudah dapat melibatkan kami GSM dan anak-anak PAR dalam mengikuti kegiatan tersebut, semoga tantangan demi tantangan yang dihadapi kedepan para GSM mampu melewatinya demi masa depan anak-anaknya PAR 💪😇
Tambahkan Komentar Baru