Pendahuluan
Saudara-saudara yang terkasih di dalam Kristus, hari ini kita beribadah di tanggal 17 Agustus. Banyak di sekitar kita pagi ini mengikuti upacara bendera untuk memperingati kemerdekaan bangsa. Lalu ada yang bertanya: mana yang lebih penting, ibadah atau upacara?
Jawabannya begini, upacara adalah tanda lahiriah, sedangkan ibadah adalah roh yang memberi makna pada tanda itu. Bendera merah putih hanyalah kain, tetapi hati kita yang mengingat pengorbanan para pejuanglah yang memberi artinya. Demikian pula, upacara hanyalah simbol, tetapi ibadah menolong kita melihat bahwa kemerdekaan adalah anugerah Tuhan. Jadi, kita tidak mempertentangkan keduanya, melainkan menempatkan ibadah sebagai pusat, yang memberi makna bagi semua perayaan bangsa.
Hari ini, firman Tuhan dari 2 Korintus 9:1–5 mengajar kita tentang hal yang serupa: bagaimana sesuatu yang lahiriah, yaitu memberi persembahan, menemukan makna terdalamnya dalam roh kasih dan kebersamaan.
Saudara-saudara, hari ini bangsa kita merayakan kemerdekaan dengan upacara, sementara kita merayakannya dengan ibadah. Sama-sama penting, tetapi ibadahlah yang memberi makna terdalam bagi semua perayaan itu.
Karena itu, marilah kita memberi dengan kemurahan hati. Jangan menunggu sampai kita berkelimpahan baru mau memberi. Tetapi berilah dengan tulus dari apa yang ada, sebab yang dilihat Tuhan adalah hati kita. Dengan begitu, kita sungguh menjadi jemaat yang sehati, yang membangun mezbah syukur, dan menjadikan persembahan kita sebagai bentuk penyembahan yang hidup kepada Allah.
Isi
Mari kita masuk dalam konteks bacaan kita. Paulus menulis kepada jemaat di Korintus mengenai pengumpulan bantuan bagi jemaat di Yerusalem yang sedang mengalami kesusahan.
-
Jemaat Korintus sudah sejak setahun sebelumnya berjanji akan ikut memberi (ayat 2). Paulus bahkan membanggakan mereka kepada jemaat-jemaat lain di Makedonia.
-
Jemaat Makedonia sendiri sebenarnya miskin, tetapi mereka memberi dengan luar biasa, bahkan melampaui kemampuan mereka (bdk. 2 Kor. 8:1–5). Mereka menjadi teladan iman.
-
Paulus khawatir, jangan sampai ketika ia datang bersama orang-orang Makedonia, jemaat Korintus ternyata belum siap. Itu akan memalukan, baik bagi Korintus maupun bagi Paulus yang sudah memuji mereka (ayat 4).
-
Karena itu, Paulus mengutus Titus dan saudara-saudara yang lain lebih dahulu untuk menolong mereka menyiapkan persembahan, agar pemberian itu bukan karena terpaksa, melainkan karena kerelaan hati (ayat 5).
Jadi jelas, Paulus tidak hanya bicara soal uang, tetapi soal hati. Persembahan adalah tanda kasih dan kebersamaan jemaat.
Apa yang kita pelajari di sini. Pertama, persembahan adalah bagian dari ibadah. Memberi bukan sekadar kewajiban, tetapi wujud syukur kepada Allah. Kedua, persembahan lahir dari kemurahan hati. Besar atau kecil tidak menjadi ukuran, yang penting adalah kerelaan. Tuhan melihat hati, bukan jumlah. Ketiga, persembahan adalah tanda kebersamaan. Jemaat Yerusalem, Korintus, dan Makedonia berbeda tempat dan kondisi, tetapi mereka sehati dalam Kristus. Inilah “mezbah syukur” yang dibangun bersama.
Saudara-saudara, jemaat kita di kampung tahu benar apa artinya memberi dari kekurangan. Tidak semua orang punya uang banyak. Ada yang hidup dari kebun, dari hasil sagu, dari menjual ikan, atau dari sedikit hasil panen. Tapi justru di situlah firman ini hidup.
Seperti jemaat Makedonia, kita diajar bahwa memberi bukan soal besar kecilnya jumlah, tetapi kerelaan hati. Ada yang hanya bisa memberi seikat sayur, ada yang bisa memberi hasil kebun, ada yang memberi tenaga untuk membersihkan gereja. Semua itu sama berharganya di hadapan Tuhan, sebab lahir dari hati yang tulus.
Kemurahan hati inilah yang membuat jemaat kampung bisa bertahan: saling menopang, saling berbagi, saling mendoakan. Dengan demikian, kita benar-benar sehati membangun mezbah syukur di jemaat kita
Penutup
Marilah kita memberi dengan kemurahan hati. Jangan menunggu sampai kita berkelimpahan baru mau memberi. Tetapi berilah dengan tulus dari apa yang ada, sebab yang dilihat Tuhan adalah hati kita. Dengan begitu, kita sungguh menjadi jemaat yang sehati, yang membangun mezbah syukur, dan menjadikan persembahan kita sebagai bentuk penyembahan yang hidup kepada Allah.
Amin.
Tambahkan Komentar Baru